Jumat, 09 Mei 2014

Galeri















  • MAKAM EYANG WALI NITI NEGORO
  • AIR SENDANG KALI CANGKING UNTUK BERKAH
  • MASJID AT-TAQWA PENINGGALAN RR DEWI SUNI-BAGUS TOWONGSO
  • MAKAM RADEN SATREAN
  • INDAHNYA ALAM DESA GOGODALEM
  • AL-QUR'AN BLAWONG (TULISAN TANGAN EYANG JAMALUDIN)
  • TOMBAK MASHIROL
  • LENTERA PENINGGALAN SEJARAH
  • MIMBAR KHUTBAH MASJID AT-TAQWA
  • SELO MIRING
  • SENDANG KALI CANGKING
  • DRUMBLEK REMAJA
  • NGUMBULKE BALON DALAM ACARA MAULID NABI MUHAMMAD SAW




     

Gogodalem Desa Wisata



GAMBARAN UMUM DESA GOGODALEM
Desa Gogodalem termasuk dalam wilayah Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Batas admistratif Desa Gogodalem adalah sebagai berikut :

1)        Sebelah Utara                : Desa Kalikurmo
2)        Sebelah Selatan            : Desa Sendang
3)        Sebelah Timur                : Desa W i r u
4)        Sebelah Barat                : Desa Rembes

Jarak dari Desa ke beberapa kota lainnya adalah sebagai berikut :
1)        Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah          : 60 Km
2)        Ibu Kota Kabupaten Semarang          : 36 Km
3)        Ibu Kota Kecamatan Bringin              :   4 Km
4)        Kota Madya Salatiga                          : 18 Km

Wliayah Desa Gogodalem memiliki Topografi yang beraneka ragam mulai dari dataran tinggi/bukit dan lembah. Ketinggian diatas permukaan air laut sekitar 650 m.

Demografi dan jumlah penduduk miskin

            -. Jumlah Penduduk                                   : 4.371 jiwa
            -. Jumlah Kepala Keluarga                        : 1.368 KK
            -. Jumlah warga miskin                              : 2.677 warga
            -. Mata pencaharian masyarakat
                        * Petani / pekebun                          : 369 Orang
                        * Buruh tani                                      : 625 Orang
                        * Buruh industi                                 : 736 Orang
                        * swasta                                           : 429 Orang
                        * lainnya                                :

Potensi Pariwisata

  -. Daya tarik   :  1. Makam Wali RADEN TUMENGGUNG NITI NEGORO
                                  dan Makam SYEKH JAMALUDIN
                             2. Masjid Peninggalan sejarah para wali
                             3. Benda-benda kuno

  -. Seni budaya: Terbang jawa dan Group musik rebana

   -. Lainnya        : Kali cangking yang diyakini dapat menjadi kali / sendang
                               penghidupan / kwarasan .

Jumlah usaha terkait dengan pariwisata yang dikembangkan masyarakat

            -. Hotel/Penginapan/homestay     : tidak
            -. Transportasi / angkutan              : ya
            -. Rumah makan/warung makan   : ya
            -. Kios cindera mata                      : ya
            -. Industri kecil kerajinan               
               ( kayu / kulit / logam / anyaman / gerabah )
            -. Lainnya      




Wisata


POTENSI  PARIWISATA
1.    Daya tarik wisata
a.    Makam wali Rm.TMG. NITI NEGORO dan Wali SYEKH JAMALUDIN
b.    Selo miring
                  c.    Quran Blawong ( asli tulisan tangan dari simbah wali Jamalludin 
d.    Sendang / Kali Cangking
e.    Masjid peninggalan wali R.Dewi Suni
f.     Pemandangan alam yang sejuk.
2.    Kesenian budaya
a.    Rebana.
b.    Pembacaan Alquran ( Blawong ) peninggalan simbah wali Syekh Jamalludin
c.    Kesenian drumblek anak anak Remaja
3.    Jumlah kunjungan pertahun
a.    Wisatawan domestic  600 s/d 1000 orang
b.    Wisatawan  mancanegara   -   Orang
4.    Sarana dan prasarana  pendukung kepariwisataan di desa Gogodalem
a.    Benda-benda peninggalan para wali
b.    Komunitas masyarakat yang ramah
c.    Adat istiadat setiap tahunan /sadranan.
5.    Program pengembangan pariwisata  di desa Gogodalem
a.    Pembangunan peningkatan fasilitas Obyek wisata antara lain :
-. Pembangunan rolak / jalan ke Makam
-. Pagar keliling makam
-. Gapura makam
b.    Pelatihan  dan peningkatan  SDM  kelompok  sadar  wisata  ( Pokdarwis ) 





Kamis, 08 Mei 2014

MATA PENCAHARIAN


  • TANI  50%

  • BURUH PABRIK 30%

  • PEGAWA NEGRI SIPIL 10%

  • LAIN-LAIN 20%

SEJARAH (SELO MIRING) GOGODALEM


SEJARAH DESA GOGODALEM

Desa Gogodalem semula bernama SELO MIRING merupakan  hutan belantara yang jauh dari pemukiman penduduk ,  dan datanglah seorang pengembara berketurunan negara Saudi Arabia  yang bernama  : Raden NITI NEGORO yang sampai sekarang diyakini penduduk sebagai Cikal Bakal di Desa Gogodalem sampai Akhir hayatnya  dimakamkan di makam Wali : SENTONO - DUSUN KAUMAN  DESA GOGODALEM.
Raden Niti Negoro bersama Istrinya  dalam kesehariaanya mengolah tanah di  Selo Miring  juga  membuat alat-alat pertanian atau sering di kenal sebagai PANDHE BESI sambil mensiarkan Agama Islam mendirikan Musholla / langgar.
Karena kesederhanaan dan kearifan beliau dalam mensiarkan Agama sehingga banyak Penduduk di sekitarnya yang tertarik ikut berkumpul /  berinteraksi di Selo Miring sehingga terbentuk suatu Desa / dusun yang ramai makmur dan damai .

Raden Niti Negoro di Selo Miring bersama istrinya di karuniai  2 ( dua ) orang anak yakni : R. MERTO NGASONO  dan  Rr. DEWI  SUNI


ASAL USUL  /  LEGENDA DESA GOGODALEM

SELO MIRING lambat laun menjadi desa yang ramai dan bersahaja dan sangat agamis,dalam penyebaran agama Islam – pun sampai terdengar di Kerajaan Singosari  serta  berada di sebelah utara Pesisir Pulau jawa.

Desa Selo Miring lama–kelamaan menjadi ramai dengan adanya pendatang yang ingin menetap dan tinggal di desa itu. Sampai terdengar  di Kadipaten Korowelang dalam wilayah Kerajaan Singosari sampai Putra Kadipaten Korowelang yang  bernama Raden Wongso Taruno  ikut di perintah untuk ngangsu Kawruh ( belajar ) ilmu agama Islam di selo miring

Raden Wongso Taruno dalam belajar ilmu Agama Islam sangat rajin dan patuh dan taat kepada Raden Niti Negoro yang sampai akhirnya berminat menjadohkan dengan Putrinya Roro Dewi Suni. Dalam perjodohon R.Wongso Taruna dengan Rr Dewi Suni dikaruniai 2 ( dua ) orang Putra yakni : Raden Satrean dan Roro Dewi Asiyah.

Raden SATREAN dalam nginjak usia remaja di perintah oleh ayahnya untuk memperdalam ilmu agama Islam di Pesantren Gunung Jati – Kuningan Cirebon Jawa Barat.  Raden Satrean dalam mondok ( belajar ) di Kuningan Cirebon satu Gothak / kamar dengan Putra Raja Solo yang bernama Raden TUBAGUS sehingga sangat akrab dan seolah tak dapat di pisahkan seperti saudara kandung. Singkat cerita Raden Satrean dan Raden Tubagus dirasa sudah cukup dalam menuntut ilmu di Kuningan – Cirebon sehingga untuk pulang kedaerah asalnya masing-masing untuk mensiarkan Agama Islam dan ilmu yang didapat selama dalam Pondok pesanteren itu. Namun sebelum kedua sahabat itu berpisah saling punya kata sepakat apabila nanti kita di desa masing-masing sudah pada dewasa dan saling berkeluarga jangan sampai persahabatan / paseduluran ini putus begitu saja. Kita harus saling bersilaturrohim.

Pada akhirnya Raden Satrean di desa selo miring meneruskan perjuangan Ayahnya untuk mengembangkan Ilmu Agama Islam dan juga bercocok tanam / bertani  , karena kearifan ,  ketekunan dan Kebijaksanaan  beliau dalam berinteraksi dengan santri / warga sehingga Raden Satrean sangat disegani dan dihormati dan masyarakat desa Selo miring sangat hidup kecukupan dan tentram serta nyaman.

Pada suatu ketika Raden Satrean selepas sholat Isak berjamaah dan sedang bercengkrama dengan istrinya teringat akan kata-kata ketika berpisahan dengan sahabatnya Raden Tubagus bahwa  sepakat  akan saling silaturohmi ketika sudah saling berkeluarga maka ketika itu pula belaiu berkata pada istrinya : Nyi…aku bermaksud akan pergi ke keraton Solo untuk silatrurohmi dengan Sahabatku Raden Tubagus … tulung masakke sego pari Gogo minongko pisungsun / oleh-oleh

Tanpa pikir panjang   Nyai ( Istri R.Satrean ) menanak nasi dari padi jenis gogo yang baru saja di panen… tak lama nasi itu sudah masak dibungkuslah dalam bakul / regge …….dan berangkatlah malam itu ke keraton Solo ( perjalanan malam ) menjelang waktu Subuh sampai di Keraton Solo dan selepas Sholat Subuh berjamaah dengan di antarkan Punggawa Keraton Solo menghadaplah Raden Satrean ke Raden Tubagus dan Permaisurinya. setelah bercakap-cakap dalam rasa  kangenan itu kemudian Raden Satrean mengharturkan bekal oleh-oleh dari istrinya…dan diterima dengan senang hati oleh Raden Tubagus dan Permaisurinya…sampai Permaisuri tadi terhenyak heran bekal oleh-oleh berwujud nasi gogo tadi di buka masih Kebul-kebul ( anget ) padahal  sudah dalam perjalanan semalam….tak dapat dibendung setelah menikmati nasi gogo yang dari Raden Satrean tadi Permaisuri ( Istri Raden Tubagus ) bertanya Ke Raden Satrean . : Kisanak… Sego opo sing tak aturke ke sampean ndalem ( Raden Tubagus + Permaisuri)  … rasane enak lan isih anget. ….Jawab Raden Satrean singkat ; Ooo… Puniko wau sekul gogo..ndiko panen piyambak Gusti ratu … ( Ooo Itu nasi Padi jenis gogo yang kami panen sendiri  ) saking senengnya dan sangat menikmati oleh-oleh nasi gogo tadi …sampai akhirnya beliau bersabda  : Kisanak…sepulang dari pisowanan ini desa kisanak  tak paringi jeneng : GOGODALEM :  Nasi Persembahan jenis Gogo katur Samandalem ( Kerabat / keluarga )  kerajaan Solo  .dan oleh Ratu Solo Raden Satrean diberi Oleh-oleh Pelem / mangga jenis lerak .

Pada akhirnya Raden Satrean sampai di selo miring mengumpulkan santri dan warga setempat mengadakan selamatan bertepatan pada  tanggal  20 ruwah sekaligus mengadakan ziarah kubur massal / khoul  yang sampai sekarang dikenal SADRANAN mengubah desa SELO MIRING menjadi GOGODALEM  dan desa Gogodalem salah satu penghasil buah-buahan Jenis Mangga Lerak.

( Petikan sejarah ini setiap sadranan di ceritakan dan dibacakan silsilah mulai R.Eyang Niti Negoro sampai  Turunan ke bawah ke -14 ) Dikisahkan pula pada pendirian Masjid AT-TAQWA Dsn. Kauman sebagai peninggalan sejarah yang masih diyakini masyarakat sebagai sejarah Desa Gogodalem.